Merdeka Belajar secara teori pertama kali diperkenalkan oleh Carl Ransom Rogers dalam buku Fredoom to Learn (1969). Beliau adalah seorang psikolog terkenal yang dikenal sebagai bapak pendekatan humanistik dalam psikoterapi. Salah satu teori penting yang dikembangkan oleh Rogers adalah teori “Pendidikan Berpusat pada Siswa” atau “Student-Centered Education”. Teori ini sangat relevan dengan konsep Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2019.
Menurut Rogers, pendidikan yang efektif harus berpusat pada kebutuhan dan keinginan siswa. Guru harus berperan sebagai fasilitator dan memfasilitasi pengalaman belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan minat siswa. Rogers berpendapat bahwa pendekatan seperti ini akan menghasilkan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan, bermakna, dan efektif.
Rogers juga memperkenalkan konsep “self-directed learning” atau belajar yang terpusat pada diri sendiri. Menurutnya, siswa harus diberi kebebasan untuk menentukan tujuan belajar mereka sendiri dan menentukan cara belajar yang paling efektif. Hal ini akan membantu siswa merasa lebih bertanggung jawab atas pengalaman belajar mereka dan dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.
Konsep Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia memiliki kesamaan dengan teori Rogers, yaitu memberikan kebebasan dan tanggung jawab kepada siswa dalam menentukan tujuan belajar mereka. Konsep ini juga sejalan dengan pendekatan humanistik yang menekankan pentingnya pengalaman belajar yang menyenangkan, bermakna, dan efektif.
Dalam Merdeka Belajar, siswa diberikan kebebasan untuk memilih jalur pendidikan yang sesuai dengan minat dan bakat mereka, serta diberikan ruang untuk menentukan tujuan belajar mereka sendiri. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Dengan mengadopsi teori Carl Rogers, Merdeka Belajar dapat memperkuat pendekatan humanistik dalam pendidikan di Indonesia dan memberikan pengalaman belajar yang lebih positif dan bermakna bagi siswa.
Merdeka Belajar di Indonesia
Merdeka Belajar menjadi sebuah kebijakan pendidikan yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2019. Kebijakan ini bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada siswa dalam menentukan jalur pendidikan yang mereka inginkan. Sejarah Merdeka Belajar diawali dari kondisi sistem pendidikan Indonesia yang masih terkotak-kotak dan cenderung mengarahkan siswa pada jalur yang sudah ditentukan.
Sejak zaman kolonial, pendidikan di Indonesia telah diarahkan untuk menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai bagi pemerintah kolonial. Setelah Indonesia merdeka, sistem pendidikan tetap diarahkan pada tujuan yang sama, yaitu menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai bagi pemerintah. Pendidikan di Indonesia terus berkembang dan mengalami reformasi pada era reformasi tahun 1998, namun tujuan yang sama tetap dipertahankan.
Kondisi tersebut mengakibatkan kurangnya kebebasan bagi siswa dalam menentukan jalur pendidikan yang mereka inginkan. Siswa lebih banyak diarahkan untuk memilih jurusan dan institusi pendidikan tertentu yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Hal ini membuat siswa merasa terbatas dalam mengeksplorasi minat dan bakat mereka.
Pada tahun 2019, pemerintah Indonesia meluncurkan kebijakan Merdeka Belajar yang bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada siswa dalam menentukan jalur pendidikan mereka. Kebijakan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui pendekatan yang lebih inovatif dan efektif.
Tiga Jalur Pendidikan Merdeka Belajar
Merdeka Belajar menawarkan tiga jalur pendidikan, yaitu:
- Jalur Pendidikan Formal
Jalur ini adalah jalur pendidikan yang sudah dikenal oleh masyarakat, yaitu pendidikan formal yang diberikan oleh sekolah atau perguruan tinggi. Namun, jalur ini diberikan dengan fleksibilitas yang lebih besar sehingga siswa dapat menentukan jalur dan institusi pendidikan yang sesuai dengan minat dan bakat mereka.
- Jalur Pendidikan Non-Formal
Jalur ini adalah jalur pendidikan yang tidak formal dan tidak diatur oleh pemerintah. Siswa dapat mengikuti kursus atau pelatihan yang relevan dengan minat dan bakat mereka. Jalur ini bertujuan untuk memberikan alternatif pendidikan bagi siswa yang tidak cocok dengan jalur pendidikan formal.
- Jalur Pendidikan Informal
Jalur ini adalah jalur pendidikan yang didapatkan melalui pengalaman dan praktik langsung. Siswa dapat belajar melalui magang atau kerja praktek yang relevan dengan minat dan bakat mereka. Jalur ini bertujuan untuk memberikan pengalaman praktik yang lebih luas dan mendalam bagi siswa.
Kebijakan Merdeka Belajar mendapatkan respons positif dari masyarakat karena memberikan kebebasan bagi siswa dalam menentukan jalur pendidikan mereka. Kebijakan ini juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui pendekatan yang lebih inovatif dan efektif.
Konsep, Manfaat, Tantangan, serta Solusi dalam Penerapan Merdeka Belajar
Perlu dijelaskan pula tentang konsep merdeka belajar, manfaatnya, serta tantangan dan solusinya dalam penerapannya.
Konsep Merdeka Belajar Merdeka belajar memiliki arti kebebasan belajar yang terbuka, dinamis, dan fleksibel, yang mengarah pada terpenuhinya hak atas pendidikan yang berkualitas bagi semua peserta didik. Konsep ini memiliki tiga pilar utama yaitu bebas memilih, bebas mengakses, dan bebas mengembangkan.
Pilar pertama, bebas memilih, mengacu pada hak peserta didik untuk memilih jalur pendidikan yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Dalam hal ini, peserta didik tidak hanya memilih jenjang pendidikan, tetapi juga program pendidikan yang akan diambil, termasuk materi pembelajaran dan metode pembelajaran yang digunakan.
Pilar kedua, bebas mengakses, mengacu pada hak peserta didik untuk mengakses sumber belajar yang beragam dan berkesinambungan, termasuk akses ke teknologi informasi dan komunikasi yang memadai.
Pilar ketiga, bebas mengembangkan, mengacu pada hak peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya dengan memperoleh pembelajaran yang berkualitas, kreatif, dan inovatif.
Manfaat Merdeka Belajar Penerapan konsep merdeka belajar memiliki berbagai manfaat, baik untuk peserta didik, guru, maupun lembaga pendidikan secara keseluruhan. Beberapa manfaatnya adalah:
- Memperluas akses pendidikan Dalam konsep merdeka belajar, peserta didik memiliki kebebasan untuk memilih jalur pendidikan yang sesuai dengan minat dan bakatnya, sehingga lebih memungkinkan untuk memperluas akses pendidikan yang lebih inklusif.
- Meningkatkan kualitas pendidikan Konsep merdeka belajar memungkinkan peserta didik untuk memilih program pendidikan yang sesuai dengan minat dan bakatnya, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan yang diterima.
- Meningkatkan kreativitas dan inovasi Konsep merdeka belajar memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya dengan pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif, sehingga dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam berbagai bidang.
- Meningkatkan kemandirian peserta didik Dalam konsep merdeka belajar, peserta didik memiliki kebebasan untuk mengatur jalur pendidikannya, sehingga dapat meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab peserta didik.
Penerapan konsep Merdeka Belajar di Indonesia tentu saja menghadapi berbagai tantangan dan hambatan yang perlu diatasi. Beberapa tantangan dan solusi yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
- Tantangan dalam pembentukan budaya belajar yang mandiri dan kritis:
Konsep Merdeka Belajar mengharuskan siswa untuk lebih mandiri dalam belajar dan memiliki keterampilan kritis yang baik. Namun, budaya belajar tradisional di Indonesia seringkali mengedepankan otoritas guru dan kurikulum yang baku. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan memperkuat pendidikan karakter dan nilai-nilai kejujuran, keterbukaan, dan kreativitas yang dapat membentuk budaya belajar yang mandiri dan kritis.
- Tantangan dalam menyiapkan guru yang mampu mengimplementasikan Merdeka Belajar:
Dalam konsep Merdeka Belajar, guru berperan sebagai fasilitator dan bukan sebagai pusat pembelajaran. Hal ini mengharuskan guru untuk memiliki keterampilan dan kompetensi yang berbeda dengan pendekatan pembelajaran tradisional. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan pelatihan dan pengembangan profesionalisme guru, serta meningkatkan kualitas pendidikan guru melalui pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan.
- Tantangan dalam memperkuat akses dan kualitas pendidikan yang beragam:
Merdeka Belajar mengakui bahwa setiap siswa memiliki keunikan dan perbedaan dalam belajar. Oleh karena itu, pendekatan ini mengharuskan adanya ragam jalur pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan minat siswa. Namun, tantangan yang dihadapi adalah adanya kesenjangan akses dan kualitas pendidikan yang masih terjadi di beberapa daerah. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan memperkuat akses pendidikan melalui program beasiswa, serta meningkatkan kualitas pendidikan melalui program perbaikan dan peningkatan kualitas sekolah.
- Tantangan dalam menyiapkan infrastruktur dan teknologi pendukung:
Dalam konsep Merdeka Belajar, siswa diberi kebebasan untuk memilih jalur dan metode belajar yang sesuai dengan minat dan bakat mereka. Hal ini mengharuskan adanya infrastruktur dan teknologi pendukung yang memadai. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan akses infrastruktur dan teknologi pendukung yang memadai, serta memperkuat kerjasama dengan lembaga dan pihak swasta dalam pengembangan teknologi pendidikan.
Dalam implementasi Merdeka Belajar, diperlukan dukungan dari semua pihak, termasuk pemerintah, sekolah, guru, siswa, dan masyarakat. Dengan mengatasi tantangan dan hambatan yang ada, Merdeka Belajar dapat menjadi pendekatan yang efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan mempersiapkan generasi muda yang mandiri, kritis, dan inovatif.
Kontributor: Aa Agus Koswara, S.S., M.M.